Journal - 106th Day - Mount Fuji

木曜日、2011年09月08日
Thursday, Sept 8th, 2011


"Mount Fuji - 3776m - The Highest Place in Japan"


Ya, sesuai dengan judulnya, ini tentang Gunung Fuji, yang konon katanya gunung yang paling indah di Jepang, dan merupakan salah satu gunung berapi dengan bentuk terindah. Akhir bulan lalu, saya mendaki gunung tersebut, namun malang tak dapat ditolak, kamera yang saya bawa ke sana, dalam perjalanan turun hilang, entah jatuh atau setelah saya foto, saya lupa menaruhnya, jadilah saya tak punya kenang2an sama sekali walaupun sudah pergi ke Gunung Fuji, dan mencapai titik 3776m, titik tertinggi di Jepang.


Preparation
Tepatnya, hari Kamis-Jumat, 25-26 Agustus, setalah kira-kira 2 bulan persiapan fisik dengan olahraga (walau tidak setiap hari, hehehe..) saya memutuskan untuk berangkat mendaki ke Gunung Fuji. Karena tidak ada teman yang bisa diajak, akhirnya saya berangkat sendirian.


Untuk mendaki Gunung Fuji, ada 4 jalur pendakian yang bisa kita lewati, Kawaguchiko Route, Fujinomiya Route, Gotenba Route, Subashiri Route. Saat mendaki ada 10 Pos (Station) yang harus kita lalui, Station 10 adalah puncak Fuji itu sendiri. Namun pada umumnya kita dapat mulai mendaki dari Station 5, untuk mencapai Station 5 tersebut, disetiap jalur di siapkan bus pendakian, yang berangkat dari stasiun atau titik yang ditentukan di setiap rute. Pendakian Fuji hanya bisa dilakukan di Musim Panas, antara bulan Juli - Agustus, karena selain 2 bulan ini, suhu di Gunung Fuji sudah mulai dingin dan mulai berbahaya untuk didaki, hanya orang-orang yang memang pendaki ahli yang boleh mendaki di luar musim panas.


Setelah sebelumnya mengumpulkan informasi jalur pendakian tersebut, saya memilih untuk  mendaki melalui jalur Fujinomiya, karena itu adalah jalur dengan waktu tempuh terpendek sekitar 4-6 jam, dibandingkan dengan rute lain yang bisa rata-rata 5-7 jam, walaupun untuk pemula disarankan melalui rute Gotenba / Subashiri yang lebih "bersahabat".


Untuk persiapan, saya menyiapkan pelengkapan standar pendakian, celana, baju, tongkat untuk mendaki, senter, jas hujan (meminjam punya Anusa, karena saya tidak bawa, hehehe..) dan juga ransum, untuk sepatu saya tidak menyiapkan khusus walaupun disarankan, karena disini harganya cukup mahal, diatas 1jt.


Rencana saya untuk mendaki adalah saya mulai mendaki melalui Fujinomiya Route pada sore hari, kemudian di tengah jalan, sekitar di Station 7 atau 8 saya akan menginap, kemudian melanjutkan mendaki sekitar pukul 2 pagi untuk melihat sunrise dari puncak Fuji. Oiya, di Gunung Fuji, di setiap pos yang saya sebutkan tadi (dari Station 5 - 10) ada semacam warung, dan mulai Station 7, selain ada warung juga ada pondokan tempat menginap. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana mereka membangun warung atau pondokan tersebut, di atas gunung. Inilah pendakian tersebut.


Hari - 1
Sesuai dengan rencana yang sudah saya buat, saya mulai berangkat dari Asrama pukul 9.00, dengan kereta langsung menuju ke Stasiun Fuji, dan kemudian dilanjutkan dengan naik Tozan Bus (Bus Pendakian). Untuk berangkat saya memilih menggunakan kereta biasa, karena lebih murah, itupun memerlukan biaya 3200 Yen. Perjalanan yang cukup lama dan melelahkan, karena kereta biasa berhenti di setiap stasiun, untuk sampai ke Stasiun Fuji membutuhkan waktu 3,5 jam dan 4 kali ganti kereta. Sangat panjang.


Dalam perjalanan berangkat ini, sebenarnya cuaca sangat tidak mendukung, sekitar 3 hari sebelum berangkat hampir setiap hari hujan turun, saya terus memantau kondisi cuaca di Gunung Fuji setiap hari, karena kalau mendaki saat hujan pasti akan berat sekali. Dan sepanjang perjalanan hujan turun, walaupun hanya gerimis, sesekali agak deras. Namun mendekati Stasiun Fuji, cuaca menjadi sedikit lebih cerah. 


Mendaki sendiri ke Gunung Fuji, walaupun sudah persiapan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai medan yang dilalui dan juga kondisi di Gunung Fuji di internet, tetap saja membutuhkan mental yang kuat, karena pasti ada kekhawatiran tentang keselamatan. Namun mendekati Stasiun Fuji orang yang (sepertinya) akan mendaki ke Gunung Fuji sedikit demi sedikit bertambah di dalam kereta, sehingga saya sedikit bersemangat.


Akhirnya setelah perjalan panjang dengan kereta, pukul 13.10 tiba juga di Stasiun Fuji. Disini mental saya kembali teruji, karena sepertinya cuma saya sendiri yang akan mendaki ke Fuji. Dan saya sempat bingung dimana Halte Tozan Bus, setelah celingak celinguk, akhirnya saya bertanya ke seorang bapak kebersihan, awalnya bapak ini bingung, namun akhirnya kami bisa menemukan halte bus tersebut. Tapi benar2 malang hari itu karena seharian hujan, Tozan Bus tidak beroperasi.


Di titik ini saya mulai merasa ragu, harus lanjut atau pulang. Kalau lanjut saya harus berganti rute, yang terdekat melalui Gotenba, dan yang pasti membutuhkan waktu lagi. Kalau pulang, saya sudah sejauh ini sampai ke Stasiun Fuji, sayang rasanya pulang kembali tanpa sampai ke Gunung Fuji. Akhirnya setelah beripikir, saya memutuskan untuk meneruskan pendakian melalui Jalur yang lain, jalur Gotenba. Untuk mencapai Gotenba saya harus naik kereta lagi, sampai ke stasiun Gotenba, dan melanjutkan dengan Tozan Bus Gotenba Route.


Saya tiba di stasiun Gotenba sekitar pukul 14.30, dan langsung mencari loket tiket Tozan Bus, ternyata jadwal bus selanjutnya adalah pukul 15.35, alhasil saya harus menunggu 1 jam. Waktu untuk menunggu itu saya pakai untuk duduk-duduk di taman dekat stasiun, di Jepang selalu ada taman, walau kecil tapi terawat, dari taman itu Gunung Fuji bisa terlihat, dan saya mengambil beberapa foto Gunung Fuji dan juga aktifitas orang-orang di sekitar stasiun Gotenba, walaupun sayang sekali kameranya hilang. Di gotenba ini banyak orang dengan kostum pendakian lalu lalang, entah mereka baru saja melakukan pendakian, atau baru akan melakukan pendakian, yang jelas di lihat dari ramainya orang-orang tersebut, saya berpikir ini memang jalur utama pendakian Gunung Fuji. Mungkin, di pertengahan Agustus yang lalu, saat liburan musim panas, di Gotenba ada jauh lebih banyak orang lagi.


Akhirnya bus pun datang, dan saya naik ke bus tersebut, di bus tersebut hanya ada saya dan seorang bapak berumur sekitar 50th sebagai penumpang. Disini nyali saya mulai menciut lagi, beripikir saya benar-benar akan sendirian melakukan pendakian, namun dengan tetap menguatkan tekad, saya pun bergerak menuju Stasiun ke 5.


Gunung Fuji, saya datang..


Setlah 1jam perjalanan melewati jalur yang meliuk-liuk, akhirnya saya tiba di Station 5 Jalur Subashiri, bukan jalur Gotenba ternyata, sepi, hanya ada beberapa orang, tidak lebih dari 10 orang dengan kostum pendakian sedang beristirahat, saya tidak tahu apakah mereka baru selesai mendaki, atau baru akan mendaki, mudah-mudahan baru akan mendaki. 




Di Station 5 ini, ada area parkir yang cukup luas, kamar mandi, toko cinderamata dan perlengkapan pendakian, dan hanya itu. Saya sempat heran, tidak ada loket pendakian atau pusat informasi, wow. Sesuai dengan yang saya baca, saya beristirahat di Station 5 selama kira-kira 30menit sampai 1 jam, untuk membiasakan dengan ketinggian 2500m. Di Station 5 ini saya membeli oksigen kaleng, untuk jaga-jaga terhadap lapisan oksigen yang tipis di ketinggian ini. Tadinya saya berpikir tidak perlu oksigen kaleng, tapi akhirnya untuk berjaga-jaga saya beli.


Setelah merasa cukup beristirahat dan menyesuaikan dengan ketinggian 2000m, selain itu ada rombongan kecil anak muda yang juga mulai mendaki, saya berangkat mendaki, sekitar pukul 17.00. Jalur awal ini masih lumayan, saya melewati hutan yang sudah mulai jarang sebenarnya, dengan jalur yang lumayan kasar walaupun dengan jalur yang mudah terlihat. Jalur pendakian ini memang sangat terlihat dipersiapkan secara khusus untuk pendakian, ada banyak petunjuk di titik-titik yang rawan dan jalurnya sangat terlihat jelas, sehingga mungkin tidak akan tersesat di jalur ini.


Setelah sekitar 30 menit mendaki di tengah hutan, saya mulai merasa kelelahan, panas dan cukup berkeringat, walaupun sebenarnya udaranya dingin. Tetapi tetap saya lanjutkan. setelah melewati hutan tersebut, saya tiba di daerah yang sudah mulai kering, vegetasi mulai menipis dan jalurnya mulai menjadi jalur kering berkerikil. Disini saya bisa melihat dengan jelas ke puncak Fuji, dan juga ke bawah, ke arah kota, walaupun awan terkadang menutupi, karena memang agak mendung. Pemandangan yang sangat luar biasa. Warna hijau dibawah, warna biru tua di angit, dengan secercah warna merah, tanda senja. Just, how great is our Lord


Perjalanan berlanjut, dengan cukup ngos-ngosan saya terus naik, dan menjaga jarak dengan romobongan di depan saya. Akhirnya setelah 1 jam saya tiba di Station 6, cukup lambat, karena seharusnya dari Staton 5 ke 6 hanya membutuhkan waktu 40 menit, tapi jalurnya memang cukup berat buat saya, sudah mulai banyak jalur berbentuk tangga dari batu alam yang cukup tinggi, sehigga melelahkan. Di Pos 6 saya beristirahat sekitar 10 menit, dan sedikit berbicang dengan rombongan di depan saya yang ternyata adalah karyawan Toyota Boshoku, yang ternyata juga berasa sari Aichi Ken, tepatnya Toyota City. Mereka 6 orang, 4 laki-laki dan 2 wanita, dan usinya kira-kira seusia dengan saya.


Dari pos 6 ini pemandangan pun tidak kalah menakjubkan, walaupun sudah mulai agak gelap, lampu-lampu kota yang ada di bawah sangat indah, dan banyak kota yang dapat terlihat kalau sedang cerah, sayang saat itu sedang mendung.


Setelah beristirahat saya melanjutkan perjalanan, kali ini tidak sendirian, tapi bersama dengan rombongan Toyota Boshoku. Namun mereka ternyata cukup cepat juga mendaki, saya tidak tahu apakan mereka terbiasa atau memang kuat. tidak jarang saya tertingga, walau akhirnya bisa mengejar. Tetapi karena jalurnya yang mulai bertambah sulit dan juga saya yang mulai bertambah lelah, akhirnya saya tertinggal. Mulai jalur itu saya mulai benar-benar merasa lelah, kombinasi antara jalur yang sulit, oksigen yang tipis membuat saya benar-benar kehabisan tenaga, saya harus sering berhenti. 


Setelah 2 jam perjalanan saya sampai di pos 7, sangat lama, padahal seharusnya bisa di tempuh dengan 1 jam perjalanan. Tetapi rombongan yang di depan saya sepertinya belum lama tiba juga, jadi saya pikir saya tidak terlalu lambat juga. Di pos ini saya beristirahat 10 menit sambil menikmati keindahan lampu kota di bawah sana. Bau makanan di kedai Pos 7 benar-benar menggoda di tambah suhu yang sudah mulai dingin. setelah cukup beristirahat saya melanjutkan perjalanan.


Mulai dari pos ini, jalurnya sudah benar-benar kering, hampir tidak ada vegetasi tinggi, sebagai kharakter gunung ddngan ketinggian lebih dari 3000m. Saya berangkat berbarengan dengan rombongan Toyota Boshoku tadi, tapi tak lama saya sudah tertinggal. Jalurnya pun tidak kalah berat, mulai bertambah curam dengan baru-batu yang mulai kasar, saya rasa adalah lava yang mengering. Oksigen pun bertambah tipis. Benar-benar jalur yang berat buat saya, kaki sudah mulai sakit, dan kepala pun mulai pusing, di jalur ini saya mulai membuka oksigen kaleng yang (untungnya) saya bawa. Setelah menghirup oksigen segar tersebut memang rasanya berbeda, pusingnya berkurang dan sepertinya ada tenaga lagi untuk bergerak. Memang oksigen sangat penting agar tubuh ini bisa bergerak. Keadaan oksigen yang tipis juga membuat saya mengantuk. 


Di jalur antara pos7 dan 8 saya sering berhenti, mungkin hampir setiap 5-10 menit berjalan saya berhanti untuk istirahat, seperti kakek-kakek saya pikir, tetapi saya memang benar-benar lelah. Namun ini adalah keputusan yang sudah saya buat untuk mendaki Fuji, dan ini memang adalah kondisi yang akan saya hadapi, jadi saya tetap mendaki. Di jalur ini saya benar-benar sendirian mendaki, keadaan gelap karena memang sudah malam, dan suasana sangat sunyi, sangat sunyi, hanya terdengar suara serangga, dan juga tiupan angin dingin. Sambil terus mendaki sesekali saya melihat ke bawah, ke keindahan lampu kota untuk menambah semangat, dan juga melihat ke atas, ke arah lampu-lampu pondok di Pos 8, 9, seperti masih sangat jauh.


Akhirnya setelah perjalanan 2 jam, saya sampai di Pos 8, di ketinggian sekitar 3200 m. Di Pos ini saya berencana menginap, di depan pondok ada beberapa orang sedang duduk dan merokok, tidak terlalu sepi juga ternyata, saya pikir. Saya langsung masuk ke pondok dan memesan tempat untuk tidur, untungnya masih ada tempat, karena biasanya harus reservasi untuk bisa menginap. BIaya menginap di pondok itu cukup mahal juga ternyata, 5500 Yen untuk satu malam, tanpa makan, bila termasuk sarapan 6500 Yen, memang biaya perawatan pondok di atas gunung mahal.


Di dalam pondok itu saya bertemu dengan romobongan yang tadi, yang ternyata juga menginap di pondok tersebut juga, dan didalam pondok juga cukup ramai. Setelah di beritahu oleh panjaga pondok, bahwa bila ingin melihat sunrise sebaiknya mulai mendaki lagi sekitar pukul 2, saya diantar ke tempat saya tidur. Pondokan ini tidak seperti pondokan yang biasa kita lihat, ini seperti barak kayu, tempat kita untuk tidur disusun berjejer, dan semua area yang ada di maksimalkan untuk dapat ditempati. Saya kebagian tempat persis di bawah atap, cukup sempit tapi tidak terlalu sempit. Setelah membereskan tas, menyetel alarm di pukul 1.30, saya mulai masuk ke sleeping bag yang disiapkan di pondok, dan mulai beristirahat. 


Akhirnya, saya sampai di ketinggian 3100m, Fuji. Sedikit lagi....


Hari - 2
Saya mulai terbangun pukul 1, karena mendengar suara yang cukup gaduh dari bawah, ternyata beberapa orang sudah mulai bersiap untuk melanjutkan pendakian. Saya mencoba melanjutkan beristirahat, walau cukup sulit dengan suara-suara dari bawah. Sekitar pukul 1.30 saya mulai bangkit dan menyesuaikan keadaan, pukul 1.50 lampu di pondok tersebut mulai dinyalakan, mungkin untuk membangunkan pelanggan, saya melihat ke bawah, dan cukup terkejut melihat ternyata ada cukup banyak orang yang menginap di pondok  ini, dan mereka semua pun sedang mulai bersiap untuk melanjutkan pendakian. Saat itu saya benar-benar terkejut, mungkin ada sekitar 100 orang yang sedang menginap di tempat itu, dan kami semua mulai bersiap-siap di waktu yang sama. Cukup gaduh, ramai, dan juga menakjubkan. Tidak menyangka akan ada banyak orang di atas sini.


Setelah bersiap-siap, sarapan dengan sekaleng manisan buah, saya dan hampir semua orang yang ada di pondok itu, keluar pondok dan melanjutkan perjalanan. Di saat itu pun saya tidak kalah terkejutnya, benar-benar ada banyak orang yang mendaki ke atas, menurut saya ratusan, sangat banyak, bahkan jalur pendakian ke puncak macet, dan kami naik dengan jalur yang padat, sangat sering sekali berhenti.


Ada beragam orang yang mendaki saat itu, pria, wanita, orang dengan usia 50-60 tahun pun ada. Orang yang mendaki secara pribadi, maupun rombongan, tak jarang saya mendengar suara para pemandu rombongan memberi instruksi ke pada anggota rombongan pada saat pendakian. Dengan begitu banyaknya orang, apabila kita melihat ke atas, dan ke bawah, sepanjang jalur pendakian, seperti dialiri oleh headlight yang dipakai oleh para pendaki, benar-benar pemandangan yang menakjubkan, saya tidak pernah mengira akan ada sebanyak orang ini yang mendaki Fuji.


Jalur menuju puncak ini pun cukup ekstrim, banyak undakan, walaupun terkadang ada jalan yang cukup rata. Namun sebagian besar jalan berundak dan berliuk, dengan batuan yang kasar.  Walaupun saya berjalan perlahan karena ada begitu banyak orang, dan juga sering sekali berhenti, saya tetap merasa sangat kelelahan, mungkin faktor tipisnya oksigen cepat merasa lelah, di sini saya sering berhenti untuk menghirup oksigen dari oksigen kaleng yang saya bawa.


Pukul 4.50 akhirnya saya sampai di puncak Fuji. Rasa lelah terbayar dengan pemandangan yang saya lihat disana. Hamparan awan, yang mulai berwarnya oranye karena sudah akan fajar. Garis horizon yang mulai terlihat. Lampu kota di bawah yang berkelap-kelip. Dan langit di atas yang walaupun agak mendung, sesekali bintang dapat terlihat. Benar-benar luar biasa, dan sangat tidak menyesal berlelah-lelah ke atas sini.


Sambil melihat-lihat keadaan puncak Fuji, yang ternyata ada beberapa kedai makanan dan souvenir di atas sini, saya mencari posisi yang tepat di antara sekian banyak orang ini untuk dapat melihat dan mengabadikan sunrise di puncak Fuji. Setelah mendapatkan tempat, saya mulai mengabadikan sunrise di Puncak Fuji. 


What a wonderful nature. Saya tidak pernah membayangkan saya akan berada di tempat itu, bahkan dalam mimpi, dalam khayalan-khayalan saya pun tidak. Tapi Tuhan memberikan saya kesempatan untuk bisa ada di Puncak Fuji, di Jepang. Benar-benar hal yang sangat luar biasa, dengan semua pemandangan, dengan semua sensasinya. Saya ada di Puncak Fuji, 3776m, dan tempat tertinggi di Jepang. 
Thanks God.


Setelah matahari mulai meninggi, saya mulai berkeliling di puncak fuji, di bagian tengah puncak Fuji, ada kawah yang sangat besar. Dan karena Gunung Fuji sudah tidak aktif lagi, tidak ada gas yang keluar dari kawah itu. Puas berkeliling saya mencara sarapan, setelah memilih, akhirnya saya sarapan Ramen, cukup enak, dan hangat, sambil beristirahat saya memulihkan tenaga. Saya harus bergegas turun karena esoknya adalah hari pertama saya Training di Factory, jadi tidak boleh terlambat, dan saya harus cukup beristirahat di Asrama. Oleh karena itu saya bergegas turun. Karena saya ingin pulang dengan naik Shinkansen agar lebih cepat, saya turun melalui jalur Fujinomiya, dan anak naik shinkansen dari Stasiun Shin Fuji.


Saya mulai turun dari Gunung Fuji sekitar pukul 6.30 pagi, dan harus memutari kawah sebelum akhirnya menemukan Jalur Fujinomiya. Jalur Subashiri yang saya lalui waktu mendaki saya rasa sudah cukup berat, tapi ternyata jalur Fujinomiya lebih berat lagi. Jalur ini didominasi oleh jalur berkerikil yang sering membuat saya terpeleset, dan juga jalur dengan bebatuan kasar dan tajam. Dengan bentuk jalur bertangga yang curam sepanjang perjalanan. Saya rasa arah Fujinomiya ini adalah arah lava bergerak waktu Gunung Fuji meletus, sehingga sepanjang jalur adalah jalur bebatuan, dan sama sekali tidak ada pohon, baru di dekat Pos 5, yang artinya hampir ada di bawah, baru ada pepohonan.


Perjalanan turun ini pun sama melelahkannya seperti mendaki, karena kaki harus sering menahan beban tubuh dan tas, kaki menjadi lebih cepat lelah, ditambah dengan kondisi oksigen yang tipis, dan dan juga sepatu safety yang kebesaran, membuat jari-jari kaki saya sangat sakit. Disini saya belajar, kalau mendaki jangan gunakan sepatu tak bertali yang kebesaran, karena jari kaki menumpu berat sehingga sangat terasa sakit.


Hal yang juga mengejutkan saya waktu menuruni Gunung Fuji adalah, orang-orang yang mendaki ke Gunung Fuji saat itu juga sangat banyak, selama perjalanan menurun tersebut, saya selalu berpapasan dengan orang yang mendaki. Dan tak sedikit anak-anak yang mungkin masih SD dan keluarganya yang mendaki, benar-benar luar biasa, apakah orang Jepang memang terbiasa mendaki ? saya salut dengan mereka semua. Apalagi mereka memilih jalur pendakian Fujinomiya yang menurut saya ekstrim dan pasti sangat menguras tenaga. 


Namun, di sinilah jalur malang saya kehilangan kamera saya, diantara Pos 9.5 dan Pos 9 saya kehilangan kamera. Saya menyadari kamera saya tidak ada di Pos 9 saat saya hendak memfoto pos tersebut (saya berusaha mengabadikan setiap pos sebagai passing point), saya mencari2 ke dalam tas tetapi tidak ada, terakhir yang saya lakukan adalah mengambil foto di Pos 9,5, mungkin tertinggal di sana. Karena merasa foto-foto di kamera itu penting, saya kembali ke atas (what!!!) kembali ke pos 9,5 untuk mencari kamera. Namun setelah berlelah-lelah ke atas, ternyata kamera itu tidak ada, saya sudah bertanya ke penjaga kedai apakah ada yang mengembalikan kamera, ternyata tidak ada.



Hhhmmmhhh.. Benar-benar malang, karena kurang hati-hati saya kehilangan jejak saya di Fuji, hanya tertinggal cerita ini saja.





Setelah berjuang sekuat tenaga, hanya untuk turun, akhirnya saya tiba di Pos 5 jalur Fujinomiya. Di Pos 5 tersebut ada pusat informasi dan juga kantor polisi, di pos itu saya melaporkan kehilangan kamera, sambil berharap ada yang mengembalikan, namun sampai hari ini, belum ada yang mengembalikan.


Melanjutkan perjalanan, saya naik Tozan Bus, pergi ke Stasiun Shin Fuji, dari stasiun ini saya naik Shinkansen dan tiba di Asrama sekitar pukul 4.00 sore, terlambat 1,5 jam dari rencana saya.


Lelah, tapi benar-benar perjalanan yang luar biasa, banyak pengalaman dan yang pasti kenangan, bahwa saya, telah menjejakkan kaki di 3776m titik tertinggi di Jepang.
Mount Fuji - 富士山.


*All the picture used are taken from internet for visualization.
http://mountfujiguide.com



Comments

Popular posts from this blog

#camper 3 - road to mist

JOURNAL – 1 YEAR JAPAN TRAINING

Journal - 91th Day - CKC Last Day